Tahapan atau fase dalam BIM (Building Information Modeling)

Menelusuri Tahapan BIM: Membongkar Setiap Fase dalam Building Information Modeling untuk Sukses dalam Proyek Konstruksi.

Building Information Modeling (BIM) adalah proses kolaboratif yang melibatkan pembuatan dan pengelolaan representasi digital dari karakteristik fisik dan fungsional sebuah bangunan. Fase-fase berbeda dalam alur kerja BIM pada umumnya meliputi: 

Skema Desain: 

Fase Schematic Design adalah fase awal dalam proses desain bangunan dengan BIM. Pada fase ini, fokusnya adalah pada pengembangan konsep awal dan identifikasi kebutuhan proyek. Model BIM yang dihasilkan pada fase ini umumnya memiliki tingkat kedetailan yang rendah (LOD 100-200).

  1. Tujuan: Pada fase ini, konsep dasar proyek dikembangkan. Ini melibatkan pemahaman kebutuhan klien, tujuan proyek, dan maksud desain awal.
  2. Kegiatan:
    • Sketsa dan gambar awal.
    • Penataan massa dan tata ruang dasar.
    • Model 3D konseptual..
  3. Contoh: Jika merancang bangunan tempat tinggal, selama desain skema, arsitek dapat membuat denah lantai awal dan model massa 3D untuk mengeksplorasi berbagai konsep desain dan penataan ruang.

Seluruh ukuran pada model masih general & belum disesuaikan spesifik posisi & orientasi telah mengikuti desain perencana

Seluruh ukuran pada model masih sama & belum disesuaikan posisi & orientasi telah mengikuti desain perencana


Pengembangan Desain:

Fase Design Development adalah fase lanjutan dari fase Schematic Design. Pada fase ini, desain dikembangkan lebih lanjut dengan detail yang lebih tinggi dan informasi teknis yang lebih lengkap. Model BIM yang dihasilkan pada fase ini umumnya memiliki tingkat kedetailan yang menengah (LOD 200-300).

  1. Tujuan: Fase ini dibangun berdasarkan desain skema dan berfokus pada penyempurnaan desain, memasukkan lebih banyak detail, dan menangani aspek teknis proyek.
  2. Kegiatan:
    • Mengembangkan gambar detail dan spesifikasi.
    • Menyempurnakan model 3D dengan geometri yang lebih akurat.
    • Menganalisis sistem dan komponen untuk kinerja.
  3. Contoh: Melanjutkan contoh bangunan tempat tinggal, selama pengembangan desain, arsitek akan menambahkan detail pada denah lantai, menyempurnakan model 3D dengan dimensi yang akurat, dan mulai menentukan material dan sistem yang akan digunakan.

Ukuran, Jenis, Bentuk Model sudah mengikuti desain perencana 

Ukuran, bentuk, jarak, jumlah dan posisi sudah sesuai dengan desain perencana 

Konstruksi/Pembangunan:

Fase Construction/Build adalah fase di mana bangunan dibangun. Pada fase ini, model BIM digunakan untuk mengkoordinasikan kegiatan konstruksi. Model BIM yang dihasilkan pada fase ini umumnya memiliki tingkat kedetailan yang tinggi (LOD 300-400).

  1. Tujuan: Fase ini melibatkan konstruksi aktual proyek berdasarkan desain yang disetujui. Ini tentang mengubah model digital menjadi bangunan fisik.
  2. Kegiatan:
    • Penjadwalan dan perencanaan proyek.
    • Koordinasi konstruksi menggunakan model BIM.
    • Kolaborasi antar berbagai pemangku kepentingan (arsitek, kontraktor, subkontraktor)..
  3. Contoh: Dalam konstruksi, model BIM digunakan untuk mengkoordinasikan berbagai perdagangan, melacak kemajuan, dan mengidentifikasi serta menyelesaikan bentrokan atau konflik sebelum terjadi di lokasi. Ini membantu meningkatkan efisiensi dan mengurangi kesalahan selama konstruksi.

Model yang diperuntukan fabrikasi untuk pelaksanaan pemodelan pembesian sudah cukup lengkap dan bisa menampilkan gambar bar bending untuk membantu kontraktor dalam pembangunan

Clash detection sudah bisa dilakukan

BoQ/MTO sudah bisa dikeluarkan sesuai kebutuhan project perencanaan

Model yang tercantum lengkap sesuai dengan desain perencana seperti, ukuran, panjang, posisi, orientasi & aksesoris dapat langsung diukur pada model.
Pembesian setiap sambungan antar komponen bangunan sudah tervisualisasikan

Clash detection sudah bisa dilakukan

BoQ/MTO sudah bisa dikeluarkan sesuai kebutuhan project perencanaan

Pemeliharaan & Renovasi:

Fase Maintenance & Renovation adalah fase di mana bangunan dipelihara dan direnovasi. Pada fase ini, model BIM digunakan untuk mengelola bangunan selama masa operasi dan pemeliharaan. Model BIM yang dihasilkan pada fase ini umumnya memiliki tingkat kedetailan yang sangat tinggi (LOD 400-500).

  1. Tujuan: Setelah pembangunan selesai, gedung memasuki tahap operasional. BIM terus bermanfaat untuk pengelolaan fasilitas, pemeliharaan, dan renovasi atau modifikasi apa pun di masa depan.
  2. Kegiatan:
    • Manajemen aset dan perencanaan pemeliharaan.
    • Memperbarui model BIM dengan informasi bawaan.
    • Menggunakan BIM untuk renovasi atau penambahan di masa mendatang.
  3. Contoh: Untuk bangunan komersial, tim manajemen fasilitas dapat menggunakan model BIM untuk melacak jadwal pemeliharaan, mengelola siklus hidup peralatan, dan merencanakan renovasi di masa depan. Jika renovasi direncanakan, model BIM yang ada memberikan landasan yang kokoh bagi tim desain untuk bekerja.

Model yang diperuntukan fabrikasi untuk pelaksanaan pemodelan pembesian sudah cukup lengkap dan bisa menampilkan gambar bar bending untuk membantu kontraktor dalam pembangunan

Clash detection sudah bisa dilakukan

BoQ/MTO sudah bisa dikeluarkan sesuai kebutuhan project perencanaan


Model yang diperuntukan fabrikasi untuk pelaksanaan pemodelan pembesian sudah cukup lengkap dan bisa menampilkan gambar bar bending untuk membantu kontraktor dalam pembangunan

The reinforcement of every connection between building components has been visualized

Clash detection sudah bisa dilakukan

BoQ/MTO sudah bisa dikeluarkan sesuai kebutuhan project perencanaan

Masing-masing fase dalam proses BIM ini berkontribusi terhadap keseluruhan siklus hidup sebuah bangunan, mulai dari konseptualisasi hingga konstruksi hingga pemeliharaan berkelanjutan dan potensi renovasi di masa depan.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, BIM (Building Information Modeling) adalah pendekatan kolaboratif dan berbasis teknologi untuk mengelola seluruh siklus hidup suatu bangunan, mulai dari perencanaan awal hingga pemeliharaan dan renovasi.

BIM dapat memberikan berbagai manfaat pada setiap fase proses desain dan konstruksi bangunan. Dengan menggunakan BIM, para profesional dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas dalam proses desain dan konstruksi bangunan.

Dengan demikian, BIM tidak hanya menyederhanakan proses desain dan konstruksi, tetapi juga meningkatkan kualitas, efisiensi, dan keberlanjutan proyek bangunan. Keseluruhan, BIM membantu mengurangi risiko, mengoptimalkan sumber daya, dan memberikan manfaat jangka panjang selama siklus hidup bangunan.

BAGIKAN
Masuk untuk meninggalkan komentar
Memahami Keunggulan BIM: Mengapa Kontraktor di Indonesia Harus Mengadopsinya?
Adopsi BIM tidak hanya mengoptimalkan konstruksi tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang dengan pengelolaan informasi dari perencanaan hingga pemeliharaan, menjadikannya elemen kunci dalam memajukan industri konstruksi di negara ini.